VIVAnews - Sakit hati, kecewa, malu, dan marah. Itulah yang Anda rasakan waktu memergoki pasangan yang dipercaya selama ini membagi cintanya dengan orang lain. Namun, perlu Anda sadari, tidak hanya Anda yang mengalami trauma menghadapi perselingkuhan, buah hati juga bisa menjadi korban yang terlupakan. Hati-hati, si kecil juga bisa merasa bahwa ia memiliki andil terjadinya perang di antara Anda berdua. Pada masa ini, anak biasanya akan merasa tidak aman, tidak diinginkan, sedih dan kesepian, marah, kehilangan,dan merasa bersalah. Perasaan-perasaan tersebut, oleh anak dapat termanifestasi dalam bentuk perilaku beragam seperti suka mengamuk, menjadi kasar, dan tindakan agresif lainnya. Sebaliknya, anak dapat berubah drastis menjadi pendiam, tidak lagi ceria, tidak suka bergaul, sulit berkonsentrasi dan tidak berminat pada tugas sekolah sehingga prestasi di sekolah cenderung menurun. Now that we've covered those aspects of news, let's turn to some of the other factors that need to be considered.
Karena itu, sangat penting terjalin komunikasi antara kedua orangtua dan anak mengenai situasi itu. Orangtua kadang menganggap anak masih terlalu kecil untuk memahami masalah ini. Andalah yang harus mendahului berkomunikasi dengan anak. Jangan sampai anak merasa kesepian dan kebingungan tanpa bimbingan, terutama tanpa perhatian dan kasih sayang ayah dan ibunya. - Tekankan kepada anak, bahwa konflik yang terjadi bukan salahnya. - Tidak menempatkan anak di tengah-tengah konflik. Misalnya dengan menjadikan anak sebagai pembawa pesan antar-kedua orangtua, atau menyuruh anak berbohong kepada salah satu orangtua. - Tetap mengasuh anak bersama-sama dengan mengenyampingkan perselisihan.
Karena itu, sangat penting terjalin komunikasi antara kedua orangtua dan anak mengenai situasi itu. Orangtua kadang menganggap anak masih terlalu kecil untuk memahami masalah ini. Andalah yang harus mendahului berkomunikasi dengan anak. Jangan sampai anak merasa kesepian dan kebingungan tanpa bimbingan, terutama tanpa perhatian dan kasih sayang ayah dan ibunya. - Tekankan kepada anak, bahwa konflik yang terjadi bukan salahnya. - Tidak menempatkan anak di tengah-tengah konflik. Misalnya dengan menjadikan anak sebagai pembawa pesan antar-kedua orangtua, atau menyuruh anak berbohong kepada salah satu orangtua. - Tetap mengasuh anak bersama-sama dengan mengenyampingkan perselisihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar